Merdeka Belajar

Jurusan kurikulum dan Teknologi Pendidikan melaksanakan Kegiatan Journal Club ke-2 yang dilaksanakan pada Selasa, 25 Februari 2020 dengan tema “Merdeka Belajar”. Narasumber pada kegiatan kali ini adalah Prof. Dr. Anik Gufron, M.Pd, yang merupakan dosen Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNY dan sekaligus menjabat sebagai Wakil Rektor III Universitas Negeri Yogyakarta.

Journal Club ke-2 ini menjadi istimewa sebab selain dihadiri oleh dosen, juga dihadiri oleh 42 orang mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan. Selain itu, tema “Merdeka Belajar” yang disajikan oleh Narasumber juga memiliki daya tarik tersendiri mengingat tema ini sedang digembar-gemborkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Prof. Dr. Anik Gufron, M.Pd menyampaikan bahwa Merdeka Belajar merupakan bagian esensial dari Pendidikan Humanistik dan berbeda dengan belajar mandiri. Dalam Merdeka Belajar, untuk memperoleh pengalaman belajar, peserta didik melakukan kegiatan belajar secara bebas baik fisik maupun non-fisik sesuai kebutuhan dan jatidirinya sebagaimana disebut Freedom to learn oleh Rogres. Beliau mengutip pendapat Maslow & Rogers, “the concept of self-actualization as the motivation present in human beings to develop our potential to the fullest extend” yang berarti menekankan konsep aktualisasi diri sebagai motivasi atau pendorong peserta didik untuk mengembangkan segenap potensinya. Merdeka dalam hal ini mengacu pada beberapa hal yaitu the values of personal freedom (nilai-nilai kebebasan pribadi); choice and motivation (pilihan dan motivasi); whereby significant learning only takes place in a context of freedom to fear, stress, panic (pembelajaran yang signifikan hanya dapat terjadi dalam konteks kebebasan dari rasa takut, stress dan kepanikan); and freedom to choose what and how to learn and to be (kebebasan untuk memilih apa, bagaimana dan mau belajar apa).

Selain itu, Narasumber juga menyampaikan bahwa kurikulum, kegiatan belajar dan sistem penilaian menjadi variabel penentu terwujudnya merdeka belajar. Oleh karena itu, Institusi Pendidikan harus mampu menyediakan kurikulum yang menawarkan banyak pilihan program, menyediakan kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksnakan di dalam maupun di luar kelas, menyelenggarakan sistem pendidikan yang komprehensif dan otentik untuk mewujudkan merdeka belajar.

Pemaparan terkait Kampus Merdeka dan Operasionalisasi Kebijakan Merdeka Belajar di akhir kegiatan menggugah semangat mahasiswa untuk bertanya dengan antusias diakhir kegiatan. Antusiasme ini merupakan bukti dari besarnya kerinduan dan semangat mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan terhadap pembaharuan pendidikan Indonesia.(Monika Sidabutar)